Seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan mengenai Margin Error bahwa kesalahan dalam pengambilan sample terbagi menjadi dua yaitu sampling error dan non sampling error. Sampling error merupakan ketidaktepatan dari hasil sampling yang dapat diukur dan dihitung, maka dari itu sampling error ini dapat dihindari dan diminimalisasi. Berbeda dengan sampling error, non sampling error merupakan ketidaktepatan hasil sampling yang tidak dapat diukur dan dihitung, sehingga dalam pelaksaaannya non sampling error sulit dihindari dan dalam menghadapinya bersifat subyektif. Non sampling error ini cenderung terjadi akibat kesalahan manusia (human error). Non sampling error ini dapat terjadi pada setiap bagian penelitian, mulai dari penentuan masalah, desain penelitian, hingga penarikan kesimpulan. Non sampling error terjadi bukan diakibatkan dari penarikan sampel saja, namun karena error yang terjadi selama proses penelitian itu dan bersumber dari kesalahan-kesalahan yang baik disengaja maupun tidak disengaja dari peneliti itu sendiri.
Dalam http:/researchexpert.wordpress.com, non sampling error dibedakan berdasarkan sumber-sumber yang berpotensi melakukan kesalahan tersebut. Berikut ini sumber-sumber yang diambil dari blog tersebut dan beberapa tambahan dari saya.
1. Peneliti / Researcher
Pertama, surrogate information error, akibat dari adanya gap antara informasi yang dibutuhkan dengan informasi yang dikumpulkan si peneliti. Misalnya informasi yang dibutuhkan adalah preferensi bermedia cetak namun yang dikumpulkan oleh si peneliti adalah brand awareness media cetak.
Kedua, measurement error, akibat tidak validnya alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur subjek/objek penelitian, sehingga terjadi gap antar informasi yang telah dikumpulkan dengan informasi yang dihasilkan. Misalnya : kalau yang diukur konsep SES, maka jangan hanya mengukur pengeluaran saja, tapi ukur juga tingkat pendidikan dan jenis pekerjaaannya.
Ketiga, population defenition error, akibat dari ketidaktepatan pendefenisian populasi penelitian atau populasi target. Suatu defenisi populasi target yang benar harus mencakup 3 unsur yaitu : isi, cakupan, dan waktu.
Keempat, sampling frame error, masih terkait dengan error ketiga. Sampling frame merupakan daftar seluruh anggota populasi. Error jenis ini akan terjadi ketika ada anggota populasi yang tidak terdaftar, atau daftar yang telah kadaluwarsa. Hal ini sering terjadi di Indonesia, karena data kependudukannya masih amburadul dan instansi pemerintahan terkait yang tidak tertib administrasi.
Kelima, data analysis error, terkait dengan proses analisis data, hal ini sangat tergantung pada kompetensi si peneliti. Misalnya : peneliti menerapkan analisis parametrik terhadap data yang tidak berdistribusi normal, yang seharusnya dianalisis dengan tehnik non parametrik
2. Data Processing – Data entry
Pertama, kesalahan dalam membuat frame work entry data. Kesalahan ini dapat menyebabkan salah dalam proses entry data dan bahkan ada data yang tidak ter-entry.
Kedua, kekeliruhan dalam entry data. Kekeliruhan ini mutlak kesalahan dari manusia yang mengentry data tersebut (human error) karena kurang teliti atau yang masalah yang lain. Kekeliruhan ini bisa diminimalisasi dengan cara pengentrian dilakukan dua kali dengan orang yang berbeda, meskipun cara ini membuang waktu, biaya dan tenaga.
3. Surveyor/Interviewer/Observer/Field Unit
Pertama, questioning error, interviewer salah dalam bertanya, over interpretasi terhadap panduan pertanyaan, atau malah kebalikannya tidak menggali lebih dalam (probing) jawaban responden/informan.
Kedua, recording error, interviewer melakukan kesalahan dalam pencatatan respon yang diberikan oleh responden/informan.
Ketiga, cheating error, hal ini berkaitan dengan moralitas. Interviewer berbohong dengan “mengisi” sebagian atau seluruh kuesinoer (survei, polling).
4. Responden
Terakhir adalah error yang bersumber dari subjek/objek penelitian. Responden/informan berpartisipasi menyumbangkan tiga jenis error yaitu : inability error, unwillingness error dan no response error.
Pertama, error terjadi jika responden/informan tidak memberikan informasi yang benar atau tepat. Hal ini bisa disebabkan oleh bias memory, responden/informan sudah tidak ingat peristiwa atau pengalaman yang ditanyakan. Menurut sejumlah pakar riset pemasaran, idealnya waktu untuk wawancara dengan metode survei maksimal 20 menit, dan untuk wawancara mendalam sekitar 2 jam.
Kedua, terjadi jika responden/informan “gengsi” atau “takut” memberikan jawaban yang sebenarnya.
Ketiga, terjadi karena responden/informan menolak mentah-mentah mengikuti kegiatan riset, bisa karena masalah privacy, topik yang kurang menarik, belum lama berselang pernah menjadi responden/informan, dll.
Non sampling error ini merupakan kesalahan yang disebabkan oleh manusia, oleh karena itu hampir tidak mungkin untuk memperkecil non sampling error ini, meskipun hal itu bisa dilakukan. Tidak seperti sampling error yang bisa diperkecil dengan menambah sample, non sampling error tidak bisa diperkecil dengan hal seperti itu, bahkan dengan sample yang besar malah akan memperbesar faktor non sampling error. Untuk memperkecilnya adalah dengan meningkatkan kualitas manusia yang berkecimpung dalam penelitian ini, seperti dengan pelatihan-pelatihan, standardiasai kualitas bagi interviewer. pembuatan frame work entry data dengan hati-hati, perencanaan kerja yang baik, insentif yang layak, dan lain-lain.
Seminar Statistik STIS - 3 Oktober 2011
13 years ago
No comments:
Post a Comment